Saya termasuk orang yang suka memberi,
baik barang milik sendiri maupun barang milik orang lain yang sudah tidak
terpakai. Memberikan barang yang tidak dibutuhkan kepada orang membutuhkan
menjadi tindakan umum yang sering saya lakukan. Tidak ada kerugian bagi saya,
yang muncul malahan memberikan kebahagiaan kepada orang lain. Saya suka
perasaan tersebut.
Bekerja di
instansi pemerintah, menyelenggarakan satu rapat/workshop/seminar (you name
it), seringkali terdapat sisa makanan yang bila tidak diambil oleh panitia
acara (sudah dibayar pastinya), akan diambil oleh pihak hotel. Tidak tahu
kemana akan diberikan bahkan dibuang begitu saja. Nah, disinilah saya biasanya
mengambil snack tersebut untuk selanjutnya saya berikan kepada orang lain yang
kesusahan. Sounds good hah?
Berkali-kali
saya lakukan tindakan tersebut. Pengemis di jembatan busway, anak kecil yang
menunggu di terminal, ibu-ibu pengemis di tangga masjid. Saya selalu senang
bisa memberi, sekalipun benda tersebut bukan milik saya sendiri. Jawaban iya,
saat saya tanyakan apa mau makanan. Senyuman dan kata-kata terimakasih atau
alhamdullilah. Rona bahagia. Semua yang muncul membuat saya terenyuh sekaligus
bahagia. Hal kecil yang mungkin sudah biasa bagi saya, menjadi sesuatu yang
spesial bagi mereka. Tidak salah, saya ketagihan untuk melakukan lagi dan lagi
dan lagi.
Sampai suatu
hari, niat baik saya, ditolak. Sudah dua kali niat baik saya ditolak. Kali
pertama oleh pengamen di Patas AC. Seusai dia bernyanyi (agak asal), saya
berniat untuk memberikan satu kotak snack rapat. Kemudian, seraya saya
memberikan kotak tersebut, gerakan tubuhnya langsung menolak pemberian saya.
Oke, saya berpikir positif, mungkin dia sedang kenyang. Namun, saat saya
perhatikan ada yang memberikan rokok, dia menerima begitu saja. Geeze.
Kali kedua
saya ditolak, di kesempatan yang lain, kali ini oleh anak-anak penjual kacang
oven, permen, apapun itu yang berharga Rp 2.000. Sesaat dia berdiri di samping saya, dia
menolaknya begitu saja sambil melengos. Kecewa jelas.
Salah satu
kebutuhan primer manusia adalah pangan. Yang saya berikan adalah makanan.
Kebutuhan primer manusia. Saat orang memiliki uang, pastinya uang tersebut akan
dibelanjakan untuk membeli makanan juga. Penolakan-penolakan yang terjadi saat
mereka benar-benar menolak makanan dan hanya menerima uang saja sesungguhnya
agak menyedihkan. Uang yang berfungsi
sebagai alat penukar untuk selanjutnya membeli barang konsumsi, telah bergeser fungsi.
Uang yang telah menjadi kebutuhan primer. Mungkin ini alasan mengapa istilah
yang muncul adalah “mata duitan”. Begitu pula Jessie J sibuk dengan lagunya
“it’s not about the money money money”
Dipikir-pikir,
yang menolak saya memang dari kalangan “pencari uang dengan bekerja”. Yah
benar-benar mencari uang bukan makanan, minuman, baju, apalagi belas kasihan.
Noted here, selanjutnya yang akan saya berikan makanan, apapun itu, the beggar
one only.