Ini tentang kakak saya.
Kakak saya, perempuan, saat ini berusia 26 tahun. Usianya
tiga tahun di atas saya.
September ini dia akan berulang tahun ke 27 tahun.
Bila dia seperti gadis pada umumnya, mungkin dia sudah
akan menikah, belanja bareng dengan saya, bertukar gossip dan cerita pribadi.
Namun, karena dia berbeda, semua itu dapat kami lakukan tidak dua arah, searah
saja. Kakak saya, penderita down syndrome.
Dia tidak pandai berbicara. Kata per kata yang keluar
dari mulutnya ada yang bermakna, ada pula yang tidak. Keduanya tidak jelas
dilafalkan olehnya. Dia juga tidak pandai merangkai kata dalam berbicara. Dapat
dikatakan irit.
Dia tidak sepenuhnya memahami maksud pembicaraan lawan
bicara. Jangan pernah berbicara dengan kalimat panjang dan kompleks. Dia tidak
paham. Dia hanya tahu kalimat-kalimat standar dan utama. Terutama ajakan dan
suruhan yang familiar dan dia sukai. Makan, tidur, main ke luar, mandi, gosok
gigi, bernyanyi. Pastikan berbicara saat dia fokus, jika tidak siap-siap saja
didiamkan dalam durasi waktu yang tidak diketahui.
Dia periang dan pencari perhatian. Dia senang menyapa
orang lewat, bermain dengan anak-anak, tertawa lepas dengan tamu.
Namun, dia sangat sensitif. Saya pernah membaca bahwa
orang dengan down syndrome sangat sensitive apabila hatinya tersakiti. Pernah
saya memarahinya, ia menangis. Menangis terus sampai terisak-isak parah.
Sesalah-salahnya dia, tetap saja hati saya tidak nyaman melihatnya.
Dia pemakan segala, dengan porsi besar. Dia menyukai
makanan manis seperti oreo yang dia lafalkan oeo. Namun dia membenci
buah-buahan dengan aroma pekat seperti mangga, durian, dan sawo. Kecintaannya
dengan oreo seringkali membuat masalah saat saya membawanya berbelanja ke
supermarket. Bayangkan, banyak oreo dimasukkan dengan paksa ke troli belanjaan,
yang mau tidak mau harus dibayarkan agar dia tidak sedih.
Dia tidak bisa mandi dan buang air dengan bersih
sendirian. Pertolongan dari orang lain selalu dia harapkan. Acap kali dia
meminta tolong ke saya untuk membersihkannya atau menyiapkan pakaiannya.
Dia berperan sebagai anak dan saudara perempuan setia
yang sempurna. Dia menunggu saya, orang tua saya, adik saya, apabila ke luar
dari rumah di pagi hari. Ia menunggu di dekat jendela, sampai sore hari tiba,
ia akan terus bertanya ke orang rumah bilamana kami kembali. Hal ini yang
memanggil hati saya untuk pertama kali menyapanya dan memeluknya sesampainya di
rumah.
Seperti anak yang lainnya, dia membutuhkan perhatian akan
eksistensinya, dari masing-masing kami. Bergabung dalam pembicaraan, tanpa
suara, namun ikut tertawa. Menemani saat menonton, tidur di samping saya saat
saya sedang menyetrika, menonton bersama, dan lain sebagainya.
Namanya Sylvia. Bagaimanapun, dia adalah kakak terbaik, tidak
hanya bagian melainkan berkat bagi keluarga kami.
No comments:
Post a Comment