Pages

"I believe in pink. I believe that laughing is the best calorie burner. I believe in kissing, kissing a lot. I believe in being strong when everything seems to be going wrong. I believe that happy girls are the prettiest girls. I believe that tomorrow is another day and I believe in miracles."
Audrey Hepburn

Tuesday, 16 October 2012

Parlement of Australia and Indonesia

Mengunjungi salah satu gedung pemerintahan Australia di Canberra yakni Gedung Parlemen mungkin bukan hal yang prestisius. Namun, kesempatan tersebut menjadi berbeda karena ada pelajaran yang saya petik selama berkeliling serta mendengarkan Tour Guide bercerita tentang tata cara sidang dewan terhormat rakyat negeri kangguru.

Saya tidak menonton sidang parlemen mereka, hanya cukup duduk di kursi penonton sidang, mendengarkan Tour Guide bercerita. Berikut tiga poin utama yang bisa menjadi bahan renungan (atau tamparan?) bagi sistem kita.

1. Waktu
Terletak di dinding samping ruang terdapat timer berbentuk jam. Berfungsi sebagai penanda waktu bagi para anggota dewan untuk berbicara. Pada saat mereka menyampaikan pertanyaan, tanggapan, apapun itu yang merupakan pendapat, waktu di timer akan berjalan. Secara rigid, saya lupa jatah waktu berbicara untuk tiap pembicara, kalau tidak salah 1-3 menit. Apabila mereka telah melewati waktu tersebut, mic akan dimatikan oleh operator. Hal ini memaksa anggota untuk menyampaikan sesuatu secara lugas dan berisi.

2. Transparansi
Seluruh informasi, baik kegiatan maupun pembicaraan, yang terjadi sepanjang sidang dapat diketahui oleh rakyat Aussie baik melalui online maupun onboard. Terdapat bilik khusus untuk media internal parlemen yang mendokumentasikan setiap pembicaraan selama sidang. Selanjutnya berita acara sidang tersebut ditampilkan di website khusus sebagai media informasi. Sedangkan, untuk rakyat yang ingin secara langsung mengikuti jalannya sidang dapat menonton di lantai dua ruang sidang. Mengapa di lantai dua? Karena ini melambangkan posisi rakyat yang lebih tinggi dibandingkan anggota parlemen (ngeri kan!). Oia, untuk rakyat yang ingin menonton, namun membawa anak kecil (kemungkinan berisik dan dapat mengganggu jalannya rapat), terdapat bilik khusus kedap suara di lantai tiga.

3. The Best and The Smartest One
Hanya orang-orang terpilih yang benar-benar pintar yang dapat mewakili rakyatnya sebagai anggota parlemen di Aussie. Hanya mereka yang smart di bidang hukum, sosial, perencanaan wilayah dan kota, dan lain-lain, serta mempunyai keinginan khusus membangun negerinya sudah pasti terpilih. No space for dumb people.

Pernah mengikuti sidang di Senayan? Saya pernah. Kondisi riil yang terjadi jauh dari tiga poin tersebut. Tidak menghargai waktu, transparan, dan (selalu) berbobot.

1 comment:

ciLpana said...

cool..! seandainya parlemen di Indo bisa mencontoh parlemen di negara maju, pasti Indonesia bisa jadi next developed country..
thanks for sharing this :)