Pages

"I believe in pink. I believe that laughing is the best calorie burner. I believe in kissing, kissing a lot. I believe in being strong when everything seems to be going wrong. I believe that happy girls are the prettiest girls. I believe that tomorrow is another day and I believe in miracles."
Audrey Hepburn

Sunday, 23 June 2013

Banjarmasin in Less Than 12 Hours

TANYAKAN MENGAPA?

Perjalanan kali ini berbeda dari biasanya. Memangnya yang biasanya seperti apa? Yang memakan waktu persiapan lebih dari 30 hari, lebih dari 3 bulan bahkan jika pembelian tiket diperhitungkan. Kali ini perjalanan ini gw rencanakan kurang dari 3 hari saja. Selain itu sebagai informasi dibiayai penuh oleh kantor dan diotaki penuh oleh naluri travelling gw. Hohoho *jangan ditiru.

Banjarmasin? Lagi-lagi kenapa Banjarmasin? Gw termasuk beruntung, di masa-masa terakhir sebelum gw resign, gw diberikan penugasan menjadi fasilitator di acara FGD Exit Strategy di Provinsi Kalsel. Acara tersebut diadakan selama (konon) 3 hari terhitung tanggal 12 – 14 Juni 2013 di Kota Banjarmasin. Gw menari-menari lincah saat tahu jadwal hari kedua hanya sampai jam 18.00 WITA dan hari ketiga tinggal penutupan. Sudah dipastikan hampir sama seperti acara pada umumnya, acara hari kedua dan ketiga dipadatkan menjadi satu hari. Sehingga sebagai efeknya, hari ketiga kosong ! Yihaaa…


LANTAS SIAPA?

Kak Yuna! The one and only Kak Yuna. Mahluk Tuhan paling nyata yang sudah mengenali sifat bringas travelling gw dan anehnya bisa cocok sama gw. Selain itu, tepatnya bahkan dia bekerja hanya 4 jam dari Banjarmasin. Jelas wajar dong kalau gw satu hari sebelum keberangkatan, bahkan jam terakhir sebelum mengissued tiket pesawat, meneror Kak Yuna mati-matian supaya dia bisa off satu hari demi gw (siapa gw coba? Ahahaha.)





LALU KE MANA SAJA??

Mengapung di Pasar Apung Lok Baintan
Inget kerumunan ibu-ibu yang duduk dengan buah-buahan memamerkan jempolnya di atas perahu mengapung? Yak benar, iklan RCTI oke itu menampilkan kondisi pasar apung di Banjarmasin.
Terdapat dua pasar apung di Banjarmasin, Lok Baintan dan Kuin. Berhubung katanya lebih banyak transaksi terjadi di Lok Baintan, otomatis gw pilih ke sana.
Akses ke sana menarik! Tidak bisa dijamah dengan transportasi darat, artinya gw ke sana harus menggunakan kapal/ sampan/ perahu, oke namanya klotok. Klotok ini seperti taksi sungai di sini.
Perjalanan dimulai dari jam 5.30 WITA dengan klotok di sungai depan Resto Soto Bang Amat. Lama tempuh kira-kira 30 menit. Sepanjang perjalanan, gw ga habis-habis mengucapkan kata wow berkali-kali. Kenapa? Gw bener-bener melihat kehidupan manusia yang tinggal dengan sungai sebagai beranda depan rumahnya, bukan jalan, bukan taman, tapi sungai. Mereka mandi dengan air sungai, membuang air di jamban yang bagian bawahnya langsung sungai, menggunakan sungai sebagai media transportasi. Seperti kaum gypsi sungai begitu. Hehe.

Sesampainya di pasar apung, klotok kami dikerubungi oleh sampan-sampan kecil dengan berbagai penjual yang menjajakan barangnya. Berbagai macam panganan dapat ditemukan disini, mulai dari jajanan pasar Kalsel (apa coba bahasa gw?), buah-buahan segar, nasi pecel (ahahaha), dan lainnya. Berbekal rasa ingin tahu yang besar, otomatis kami ikut mencicipi dan membayar tentunya. Hehe.








Setelah mengapung beberapa lama, kami merapat ke Lok Baintan Port untuk beristirahat sejenak. Secangkir kopi hangat dengan pemandangan Sungai Lok Baintan melengkapi masa kosong kami. Oia, di dekat port ini ada jembatan besar yang bisa dilewati. Karena penasaran, saya dan Kak Yuna (dengan sok berani) menyusuri jembatan itu dan merasakan sensasi goyang-goyang deg-deg ser sepanjang berjalan dari ujung ke ujung.

Ada beberapa trivia yang saya temukan di Lok Baintan. Pertama, semua penjual di sini adalah wanita. Kedua, banyak wanita tersebut menggunakan masker tepung beras dengan campuran yang tidak saya ketahui. Ketiga, sepanjang sungai terdapat rambu-rambu lalu lintas juga seperti yang biasa ditemukan di jalan raya. Nice ne?


Menyusuri Jalan Menuju Martapura
Dulu pas gw masih SD, gw inget dicekoki guru bahwa daerah penghasil intan terbesar di Indonesia adalah Martapura. Akhirnya setelah belasan tahun berlalu, kesampaian juga gw ke Martapura.
Bergantung pada GPS di hp Kak Yuna, road trip bermodal nekat dimulai. Jarak tempuh ke Martapura dari Banjarmasin kira-kira 50-60 menit. Seingat gw (yang lemah arah), jalan yang dilewati hanya luruuuuuuus terus dengan sedikit belok kanan, dan kiri, dan putar balik, karena agak menyasar (sedikit).





Rencana awal kami ke Martapura adalah ke pusat penjualan intan, Pasar Cahaya Bumi Selamat dan tempat penambangan intan. Berhubung ke tempat penambangan intan memakan waktu lebih dari 1 jam, sedangkan jadwal penerbangan gw sudah mepet, akhirnya spot itu dicoret dari ceklis. Haha. Namun, secara umum gw cukup puas dengan melihat-lihat di tempat penjualan intan itu. Tidak hanya intan yang bisa ditemukan, namun juga berbagai batu-batuan dalam bentuk cincin, gelang, kalung. Harga relative murah, jika dibandingkan dengan harga di Banjarmasin atau Jakarta (yaiyalah). So better grab some necklaces for you there.





Oia, di bagian samping tempat ini ada pasar kecil kudapan Kalimantan Selatan juga loh. Untuk yang suka icip-icip camilan kecil, tempat ini perlu banget didatangi. Ada berbagai jenis camilan, yang gw ga tau namanya, dengan rasa manis pada umumnya.





Kekecewaan di Kampung Sasirangan
Berbekal informasi dari internet, katanya Kampung Sasirangan adalah tempat pembuatan sasirangan secara tradisional. Katanya lagi nih pengunjung bisa melihat proses produksi kain sasirangan itu. Namun eh namun, yang ditemukan adalah ZONK alias NIHIL ! (meminjam istilah kak yuna). Kenapa gw sebut demikian? Info tersebut NOL besar. Sesampainya kami di sana, kami tidak menemukan workshop sasirangan yang terbuka secara umum. Saat kak yuna test drive bertanya ke pengrajin sasirangan untuk masuk dan melihat-lihat, kak yuna dibalas dengan tatapan jutek dan tidak ramah. -_- Akhirnya kami hanya melihat-melihat kain sasirangan dan produk-produk berbahan dasar sasirangan.


Gaul Gagal di Taman Siring Martapura
Spot terakhir sebelum saya diantar ke Bandara adalah Taman Siring. Taman ini konon tempat gaul/ nongkrong anak muda Samarinda…. di malam hari. Jadi, pas gw dan kak yuna dateng di sore hari, kita tidak menemukan kegaulan sama sekali di sana. Hahaha. Yang ada hanya beberapa orang sedang memancing (entah) ikan (apa). Di sini kami cukup menikmati angin sore Banjarmasin dan berfoto-foto sedikit.







MAKAN APAA?

Banjarmasin terkenal dengan makanan yang kalau asin akan asin sekali, sedangkan bila manis akan masnis sekali pula. Oke, gw berpikiran gw akan makan makanan yang total seperti makanan di Jepang. Ternyata? Yah.. asinnya cukup cocok dengan gw, tapi manisnya agak kurang. Ada beberapa kuliner khas Banjarmasin yang gw cicipi.

Yang pertama Soto Bang Maat. Komposisinya total bok, dari suwiran ayam kampong yang tebal, potongan telur bebek rebus (ini yang gw suka), perkedel kentang yang padat (nice), lontong, dan kuah bening yang segar asin. Gw sendiri kurang suka dengan soto ini karena rasanya kurang cocok dengan lidah gw. Kalau dibandingkan soto Jakarta, gw lebih suka tastenya Soto Jakarta :D Oia, berhubung ada banyak orang yang memesan sate di sini, gw juga kebagian soto di tempat ini. Satu piring isi 10 tusuk dengan isi tusukan berbagai bagian tubuh ayam, mulai dari daging usus, bahkan hati ayam! Gw suka dengan bumbu sate yang bumbu kacangnya cukup halus, jadi tekstur kacang sudah hampir tidak terasa J

Selain itu gw juga nyobain Soto Banjar Bawah Jembatan. Gw makan disini karena Soto Bang Maat tutup di hari jumat. Lokasinya selemparan batu dari Soto Bang Maat. Perihal rasa, menurut gw rasa soto Bang Maat lebih tasty dibandingkan Soto Bawah Jembatan. Sudah jelas kan gw lebih merekomendasikan yang mana? :D

Dari semua yang gw makan, gw paling suka Lontong Orari. Sumpah, rasanya enak banget. Lontong berbentuk segitiga yang besar disertai kuah lontong yang bener-bener deh enak banget (moga-moga micinnya sedikit) dan potongan ikan gabus. Restoran ini baru buka (katanya) mulai jam 21.00 WITA dan penuh sangat.


Berhubung gw pecinta daging bebek (bukan kulit bebek ya), gw juga menyambangi Nasi Itik Tenda Biru. Yasek banget ya nama tempatnya, tenda biru, serasa bergeser era ke masa keemasan Desi Ratnasari. Ahahaha. Kembali ke topik, jujur gw berharap banyak dengan itik disini. Namun ternyata, gw dikecewakan. Mengapa? Pertama, daging itiknya terlampau keras dan kulitnya kurang bersih. Selain itu nasi terlalu kering dan bumbu merah itik nanggung rasanya .



Saya sangat menikmati perjalanan singkat di Banjarmasin dan sekitarnya ini. Sangkyu kak yuna !

2 comments:

Anonymous said...

another great escape. Love love love, nekat banget, yang gini kayanya masuk kategori paling gak prepare kita yaksss, hehehehehe. sekali lagi, iri dengan hasil kamera lo. abis ini gw browsing kamera ah, kekekekeke.
will miss you de selama lo kuliah lagi :)

liz said...

Beneran deh kak, beli baru dan yang bagus sekalian, tapi ga usah lebai kaya SLR gitu.
I will miss you too loh, bakal susah cari yang sejenis kakak di sana. :)
Anw, I will wait for your coming in 2015. :)