Pages

"I believe in pink. I believe that laughing is the best calorie burner. I believe in kissing, kissing a lot. I believe in being strong when everything seems to be going wrong. I believe that happy girls are the prettiest girls. I believe that tomorrow is another day and I believe in miracles."
Audrey Hepburn

Monday, 11 June 2012

I want badly

I want
London (much more), Santorini, Tokyo and Kyoto, New York, and more money (of course)

Wednesday, 6 June 2012

Pilihlah Aku Jadi Kepala Daerahmu

Gemes-segemesnya melihat billboard, spanduk besar, flyer, apapun itu media promosi yang digunakan para nominasi "Kepala Daerah of The Era".
Saya bukan mengomentari potongan wajahnya yang terlalu diclose-up, senyuman palsunya, bahkan merek kacamatanya. Bukan, bukan itu.
Potongan wajahnya ganteng-ganteng dan cantik-cantik, layout media promosinya sudah oke, dan program yang diusung juga luar biasa (bohong kemungkinan realisasinya).

Sepintas tidak ada yang salah dengan program "Pendidikan Gratis, Kesehatan Gratis, Pembangunan Infrastruktur". Namun, telusuri terlebih dulu siapa sih yang berwenang merencanakan dan mengimplementasi program tersebut dengan anggarannya?

Pembagian kewenangan tugas di Indonesia terbagi melalui kegiatan Pemerintah Pusat melalui Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah melalui Dinas/ Badan-badan. Masing-masing subjek tersebut memiliki Anggaran masing-masing untuk dikelola (dibelanjakan) sebaik-baiknya sesuai dengan pembagian tugas dan kewenangan.

Kepala Daerah disini bertanggung jawab penuh dalam menghasilkan serta mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Sedangkan Presiden sebagai Kepala Negara bertanggung jawab terhadap APBN-nya. Ibaratnya seorang Bapak (Presiden) mempunyai uang untuk melakukan pekerjaan si Bapak (APBN), sedangkan anak (Kepala Daerah) mempunyai uang dari pekerjaan si anak (APBD).

Disini yang menjadi pertanyaan, apakah sang anak berhak memamerkan pekerjaan ayahnya agar dia dipilih menjadi Kepala Daerah? Jelas tidak. Sudah jelas yang menjadi parameter perencanaan pekerjaan yang baik bukan berdasarkan capaian pekerjaan sang ayah, namun sang anak itu sendiri.

Bagaimana nantinya sang anak mengelola tanggung jawabnya  sendiri (APBD), malah mengapa tidak dipublish dan diberitahu kepada semua orang? Bukannya suuzon, malahan itu jelas menjadi pertanyaan besar, bagaimana inovasi serta kinerja utama yang dilakukan melalui tanggung jawabnya.
Malahan apa yang dilakukan oleh anak tersebut nantinya dengan tanggung jawabnya sendiri tersebut?

So, para nominator Kepala Daerah, sudah cukup kalian mengagungkan pekerjaan ayahmu itu, tunjukkan kepada kami apa yang dapat anda lakukan kedepannya! Jangan bodohi orang-orang di luar sana yang tidak bisa membedakan mana yang merupakan tanggung jawab ayahmu dan mana tanggung jawab dirimu!

Friday, 4 May 2012

Think? Then just Write it!


Kemarin malam saya cukup terenyuh membaca sepotong twit dari kakak kelas saya zaman kuliah, @udayusuf. Twit beliau yakni “banyak orang hebat di dunia ini. Akan tetapi hanya sedikit dari mereka yang mau dan bisa menulis, akibatnya? Mereka terlupakan”. Sesungguhnya, statement tersebut benar-benar menampar, mengiris, menyayat hati saya (this is too much i know, but in real, i was paralyzed for 5 seconds).

Kalau ada profesi penghayal, sudah dipastikan di bawah nama saya, akan ada kata Penghayal saat liputan saya diwawancara (hehe). Seringkali, saat saya ikut seminar (sebagai peserta tentunya), berdiskusi acak, membaca (koran seringan majalah), menonton dan mendengarkan berita (bukan infotainment), saya (selayaknya insan yang sok berusaha masih idealis namun tidak lugu) sering tiba-tiba melamun, berpikir kondisi nyata, flash back sejenak mengenai latar belakang masalah, dan mereka-reka solusi apa yang seharusnya diambil. Ironisnya seluruhnya hanya mengawang-awang di otak saya sendiri, tanpa tertumpahkan dalam suatu tulisan, apalagi tersampaikan ke orang lain. How come people know your idea when you dont tell them, at least write it. Boro-boro lah menjadi orang hebat apalagi diingat. Yang ada hanya menjadi orang tak dikenal.

Ada juga statement seseorang bahwa, semakin banyak yang membaca, seharusnya semakin banyak juga yang ditulis. Selain mempermudah untuk ingat kembali jika lupa sewaktu-waktu, sesungguhnya karya tulis tersebut akan menjadi bukti nyata pemikiran tersebut. Bukti konkrit yang mudah digunakan, kapanpun, dimanapun.

Well well, semoga bisa tetap konsisten menulis *seketika melihat post terakhir *damn, it almost months ago.