TANYAKAN MENGAPA?
Perjalanan kali ini berbeda
dari biasanya. Memangnya yang biasanya seperti apa? Yang memakan waktu
persiapan lebih dari 30 hari, lebih dari 3 bulan bahkan jika pembelian tiket diperhitungkan.
Kali ini perjalanan ini gw rencanakan kurang dari 3 hari saja. Selain itu
sebagai informasi dibiayai penuh oleh kantor dan diotaki penuh oleh naluri
travelling gw. Hohoho *jangan ditiru.
Banjarmasin? Lagi-lagi kenapa
Banjarmasin? Gw termasuk beruntung, di masa-masa terakhir sebelum gw resign, gw
diberikan penugasan menjadi fasilitator di acara FGD Exit Strategy di Provinsi
Kalsel. Acara tersebut diadakan selama (konon) 3 hari terhitung tanggal 12 – 14
Juni 2013 di Kota Banjarmasin. Gw menari-menari lincah saat tahu jadwal hari
kedua hanya sampai jam 18.00 WITA dan hari ketiga tinggal penutupan. Sudah
dipastikan hampir sama seperti acara pada umumnya, acara hari kedua dan ketiga
dipadatkan menjadi satu hari. Sehingga sebagai efeknya, hari ketiga kosong !
Yihaaa…
LANTAS SIAPA?
Kak Yuna! The one and only Kak Yuna. Mahluk
Tuhan paling nyata yang sudah mengenali sifat bringas travelling gw dan anehnya
bisa cocok sama gw. Selain itu, tepatnya bahkan dia bekerja hanya 4 jam dari
Banjarmasin. Jelas wajar dong kalau gw satu hari sebelum keberangkatan, bahkan
jam terakhir sebelum mengissued tiket pesawat, meneror Kak Yuna mati-matian
supaya dia bisa off satu hari demi gw (siapa gw coba? Ahahaha.)
LALU KE MANA SAJA??
Mengapung di Pasar
Apung Lok Baintan
Inget kerumunan ibu-ibu yang
duduk dengan buah-buahan memamerkan jempolnya di atas perahu mengapung? Yak
benar, iklan RCTI oke itu menampilkan kondisi pasar apung di Banjarmasin.
Terdapat dua pasar apung di
Banjarmasin, Lok Baintan dan Kuin. Berhubung katanya lebih banyak transaksi
terjadi di Lok Baintan, otomatis gw pilih ke sana.
Akses ke sana menarik! Tidak
bisa dijamah dengan transportasi darat, artinya gw ke sana harus menggunakan
kapal/ sampan/ perahu, oke namanya klotok. Klotok ini seperti taksi sungai di
sini.
Perjalanan dimulai dari jam
5.30 WITA dengan klotok di sungai depan Resto Soto Bang Amat. Lama tempuh kira-kira
30 menit. Sepanjang perjalanan, gw ga habis-habis mengucapkan kata wow
berkali-kali. Kenapa? Gw bener-bener melihat kehidupan manusia yang tinggal
dengan sungai sebagai beranda depan rumahnya, bukan jalan, bukan taman, tapi
sungai. Mereka mandi dengan air sungai, membuang air di jamban yang bagian
bawahnya langsung sungai, menggunakan sungai sebagai media transportasi. Seperti
kaum gypsi sungai begitu. Hehe.
Sesampainya di pasar apung,
klotok kami dikerubungi oleh sampan-sampan kecil dengan berbagai penjual yang
menjajakan barangnya. Berbagai macam panganan dapat ditemukan disini, mulai
dari jajanan pasar Kalsel (apa coba bahasa gw?), buah-buahan segar, nasi pecel
(ahahaha), dan lainnya. Berbekal rasa ingin tahu yang besar, otomatis kami ikut
mencicipi dan membayar tentunya. Hehe.
Setelah mengapung beberapa
lama, kami merapat ke Lok Baintan Port untuk beristirahat sejenak. Secangkir
kopi hangat dengan pemandangan Sungai Lok Baintan melengkapi masa kosong kami.
Oia, di dekat port ini ada jembatan besar yang bisa dilewati. Karena penasaran,
saya dan Kak Yuna (dengan sok berani) menyusuri jembatan itu dan merasakan
sensasi goyang-goyang deg-deg ser sepanjang berjalan dari ujung ke ujung.
Ada beberapa trivia yang saya
temukan di Lok Baintan. Pertama, semua penjual di sini adalah wanita. Kedua,
banyak wanita tersebut menggunakan masker tepung beras dengan campuran yang
tidak saya ketahui. Ketiga, sepanjang sungai terdapat rambu-rambu lalu lintas
juga seperti yang biasa ditemukan di jalan raya. Nice ne?
Menyusuri Jalan
Menuju Martapura
Dulu pas gw masih SD, gw inget
dicekoki guru bahwa daerah penghasil intan terbesar di Indonesia adalah
Martapura. Akhirnya setelah belasan tahun berlalu, kesampaian juga gw ke
Martapura.
Bergantung pada GPS di hp Kak
Yuna, road trip bermodal nekat dimulai. Jarak tempuh ke Martapura dari
Banjarmasin kira-kira 50-60 menit. Seingat gw (yang lemah arah), jalan yang
dilewati hanya luruuuuuuus terus dengan sedikit belok kanan, dan kiri, dan
putar balik, karena agak menyasar (sedikit).
Rencana awal kami ke Martapura
adalah ke pusat penjualan intan, Pasar Cahaya Bumi Selamat dan tempat
penambangan intan. Berhubung ke tempat penambangan intan memakan waktu lebih
dari 1 jam, sedangkan jadwal penerbangan gw sudah mepet, akhirnya spot itu
dicoret dari ceklis. Haha. Namun, secara umum gw cukup puas dengan
melihat-lihat di tempat penjualan intan itu. Tidak hanya intan yang bisa
ditemukan, namun juga berbagai batu-batuan dalam bentuk cincin, gelang, kalung.
Harga relative murah, jika dibandingkan dengan harga di Banjarmasin atau
Jakarta (yaiyalah). So better grab some necklaces for you there.
Oia, di bagian samping tempat
ini ada pasar kecil kudapan Kalimantan Selatan juga loh. Untuk yang suka
icip-icip camilan kecil, tempat ini perlu banget didatangi. Ada berbagai jenis
camilan, yang gw ga tau namanya, dengan rasa manis pada umumnya.
Kekecewaan di
Kampung Sasirangan
Berbekal informasi dari internet, katanya
Kampung Sasirangan adalah tempat pembuatan sasirangan secara tradisional.
Katanya lagi nih pengunjung bisa melihat proses produksi kain sasirangan itu.
Namun eh namun, yang ditemukan adalah ZONK alias NIHIL ! (meminjam istilah kak
yuna). Kenapa gw sebut demikian? Info tersebut NOL besar. Sesampainya kami di
sana, kami tidak menemukan workshop sasirangan yang terbuka secara umum. Saat
kak yuna test drive bertanya ke pengrajin sasirangan untuk masuk dan melihat-lihat,
kak yuna dibalas dengan tatapan jutek dan tidak ramah. -_- Akhirnya kami hanya
melihat-melihat kain sasirangan dan produk-produk berbahan dasar sasirangan.
Gaul Gagal di Taman Siring Martapura
Spot terakhir sebelum saya diantar ke Bandara adalah
Taman Siring. Taman ini konon tempat gaul/ nongkrong anak muda Samarinda…. di malam
hari. Jadi, pas gw dan kak yuna dateng di sore hari, kita tidak menemukan
kegaulan sama sekali di sana. Hahaha. Yang ada hanya beberapa orang sedang
memancing (entah) ikan (apa). Di sini kami cukup menikmati angin sore
Banjarmasin dan berfoto-foto sedikit.
MAKAN APAA?
Banjarmasin terkenal dengan
makanan yang kalau asin akan asin sekali, sedangkan bila manis akan masnis
sekali pula. Oke, gw berpikiran gw akan makan makanan yang total seperti makanan
di Jepang. Ternyata? Yah.. asinnya cukup cocok dengan gw, tapi manisnya agak
kurang. Ada beberapa kuliner khas Banjarmasin yang gw cicipi.
Yang pertama Soto Bang Maat.
Komposisinya total bok, dari suwiran ayam kampong yang tebal, potongan telur
bebek rebus (ini yang gw suka), perkedel kentang yang padat (nice), lontong,
dan kuah bening yang segar asin. Gw sendiri kurang suka dengan soto ini karena
rasanya kurang cocok dengan lidah gw. Kalau dibandingkan soto Jakarta, gw lebih
suka tastenya Soto Jakarta :D Oia, berhubung ada banyak orang yang memesan sate
di sini, gw juga kebagian soto di tempat ini. Satu piring isi 10 tusuk dengan
isi tusukan berbagai bagian tubuh ayam, mulai dari daging usus, bahkan hati
ayam! Gw suka dengan bumbu sate yang bumbu kacangnya cukup halus, jadi tekstur
kacang sudah hampir tidak terasa J
Selain itu gw juga nyobain Soto Banjar Bawah Jembatan. Gw
makan disini karena Soto Bang Maat tutup di hari jumat. Lokasinya selemparan
batu dari Soto Bang Maat. Perihal rasa, menurut gw rasa soto Bang Maat lebih
tasty dibandingkan Soto Bawah Jembatan. Sudah jelas kan gw lebih
merekomendasikan yang mana? :D
Dari semua yang gw makan, gw
paling suka Lontong Orari. Sumpah, rasanya enak banget. Lontong berbentuk
segitiga yang besar disertai kuah lontong yang bener-bener deh enak banget
(moga-moga micinnya sedikit) dan potongan ikan gabus. Restoran ini baru buka
(katanya) mulai jam 21.00 WITA dan penuh sangat.
Berhubung gw pecinta daging
bebek (bukan kulit bebek ya), gw juga menyambangi Nasi Itik Tenda Biru. Yasek
banget ya nama tempatnya, tenda biru, serasa bergeser era ke masa keemasan Desi
Ratnasari. Ahahaha. Kembali ke topik, jujur gw berharap banyak dengan itik disini.
Namun ternyata, gw dikecewakan. Mengapa? Pertama, daging itiknya terlampau
keras dan kulitnya kurang bersih. Selain itu nasi terlalu kering dan bumbu
merah itik nanggung rasanya .
Saya sangat menikmati perjalanan singkat di Banjarmasin dan sekitarnya ini. Sangkyu kak yuna !